Judul : Bila Rasaku ini Rasamu (Bukan Dia tapi Aku)
Author : Pyo Han Byul a. k. a Les Mille Fleurs
Main Cast :
- Wu Yi Fan as Kris
- Huang Zi Tao as Tao
Support Cast :
- Zhang Yi Xing as Lay
- Kim Min Seok as Xiumin
Pairing : KrisTao slight KrisLay
Length : Oneshoot
Genre : a Little bit angst, hurt, songfict
Rating : Teen
Disclaimer : FF ini adalah murni hasil pemikiran saya.. SO, NO
BASHING! DON'T PLAGIAT! DON'T COPAS TANPA SEIJIN SAYA! ALL TAO POV!!
Happy Reading~
And The Story Begin~
Aku memang terlanjur mencintaimu
Dan tak pernah ku sesali itu
Seluruh jiwa telah ku serahkan
Menggenggam janji setiaku
Lagi, aku harus melihat hal itu lagi. Sampai kapan aku harus
seperti ini? Sakit, aku merasa sangat sakit. Perih, hatiku sangat
perih. Melihat orang yang sangat aku cintai harus melakukan sesuatu
dengan orang lain sekalipun hanya di atas panggung sekalipun. Walaupun
hanya untuk sekedar fanservice, tapi tak bisakah tak melakukan hal yang
lebih dari itu? Mataku menatap nanar dua orang yang saat ini tengah
berbincang-bincang dan tertawa berdua. Tak sadarkah aku ada disini?
Memperhatikan kalian berdua.
"Tao-ah, kajja kita pulang."
"A-ah.. Ne, kajja kita pulang ge." Aku berusaha untuk tersenyum
kepada Xiumin ge. Tampak ia mengerutkan keningnya melihat ekspresiku.
Apakah ada yang salah?
"Kau.. Sudahlah.. Jangan pikirkan mereka berdua. Percaya saja pada
mereka berdua ne." Xiumin gege menepuk pelan pundakku dan tersenyum.
"Ya, aku percaya pada mereka berdua ge.." Aku pun berusaha untuk
tersenyum kembali. Percaya? Ya, aku percaya pada mereka berdua. Mereka
berdua tidak mungkin mengkhianatiku kan? Ya, aku harus percaya.
Terutama padanya. Ya, pada orang yang sangat aku cintai. Aku bahkan
masih mampu mengingat pertama kali ini menyatakan perasaanya padaku
enam bulan lalu.
FLASBACK
"Tao.. Ada yang ingin aku bicarakan padamu."
Aku menolehkan kepalaku dan Kris ge tengah menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Ada apa ge? Bicara di sini saja. Sini.. Duduk di sampingku." Aku
menepuk-nepuk tempat kosong di sampingku. Tapi ia menggelengkan
kepalanya dengan cepat dan segera menarik tanganku tanpa mempedulikan
reaksi member EXO-M yang lainnya.
"Ya, Duizhang. Kau mau membawa kemana uri maknae kita?
Kris gege tidak mempedulikan teriakan teriakan Xiumin gege. Ia terus menarik tanganku ke dalam kamarnya.
BLAM
Aku dapat mendengar suara pintu kamarnya tertutup. Entah kenapa aku
merasa jantungku berdetak sangat kencang saat ini. Ada apa ini? Apakah
aku sudah melakukan kesalahan? Apakah Kris gege akan menghukumku?
Jujur, aku takut sekali. Aku takut ia akan marah padaku. Atau
jangan-jangan..
GREP
Aku dapat merasakan sepasang lengan kekar melingkar di pinggangku.
Aku dapat merasakan hembusan nafas seseorang di leherku. Jangan katakan
kalau Kris gege yang saat ini tengah memelukku. Kenapa ia memelukku
seperti ini? Atau jangan-jangan dia..
"Tao-ah.. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu Tao-ah." Aku tersentak
kaget mendengar ucapan yang keluar dari bibirnya. Benarkah? Ini
benar-benar nyatakah?
"A-apa maksudmu gege? Ini tidak lucu." Aku mempoutkan bibirku. Aku
takut. Aku takut ia hanya bercanda. Aku memang mencintainya. Ya, aku
mencintainya saat pertama kali bertemunya dulu. Tapi, benarkah? Benarkah
ia mempunyai perasaan yang sama denganku? Apakah ini nyata?
"Aku tidak berbohong Tao. Aku tidak bercanda. Aku mencintaimu." Ia
melepaskan pelukkannya membuatku menatap langsung ke arahnya. Aku
menatap matanya, berusaha untuk mencari sebuah kebohongan. Tapi nihil,
aku tidak menemukannya sedikitpun. Ia benar-benar tulus. Tapi aku segera
menggelengkan kepalaku. Ia, pasti masih mencintai orang itu. Ya, aku
tahu itu. Atau aku hanya dijadikan pelarian oleh dia?
Aku menundukkan kepalaku, menggigit bibir bawahku. Aku takut, takut bila ia hanya mempermainkanku.
"Kenapa Tao? Kau tidak percaya padaku? Tatap aku Tao. Aku
bersungguh-sungguh." Ia memegang daguku, membuatku kembali menatap wajah
tampannya. Tatapan matanya yang berubah sendu, membuatku terdiam
terpaku. Apakah aku sudah melukainya? Apakah aku sudah menyakiti orang
yang aku cintai?
"A-ani.. Aku percaya padamu gege. Aku hanya.. Ya, kau tahu. Aku
hanya tidak percaya kalau kau juga mencintaiku." Aku tersenyum.
"Kau.. Kau juga mencintaiku Tao? Apakah itu berarti.. Itu berarti
kau menerimaku?" Ia tersenyum dan mengguncang-guncangkan pundakku.
Sesenang itukah aku membalas perasaannya? Apakah ia benar-benar
mencintaiku? Aku harap ya.
Aku hanya mampu menganggukan kepalaku. Aku benar-benar gugup.
Rasanya jantungku benar-benar tidak normal saat ini. Ia tersenyum. Aku
melihatnya tersenyum. Kau tahu? Hanya melihatmu tersenyum ge, aku sudah
senang.
GREP
Ia memeluk tubuhku, membuatku sedikit tersentak kaget karenanya.
"Terima kasih Tao. Terima kasih karena kau telah membalas
perasaanku. Aku mencintaimu Tao. Aku benar-benar mencintaimu." Ia
mengeratkan pelukannya. Aku tersenyum, ya, aku tersenyum. Perlahan aku
membalas pelukannya.
"Aku juga ge. Aku juga mencintaimu. Benar-benar mencintaimu."
Hey, tapi kenapa? Kenapa airmataku juga ikut mengalir. Apakah aku
benar-benar bahagia? Ya, tentu saja aku bahagia. Perasaanku ternyata
tidak bertepuk sebelah tangan.
"Tao, kenapa kau menangis? Apakah aku menyakitimu?" Ia terlihat
panik, mungkin lebih tepatnya khawatir. Aku menggelengkan kepalaku
dengan cepat.
"Aniyoo ge.. Aku hanya.. terlalu bahagia. Ya, aku terlalu bahagia
hingga aku menangis ge." Aku tersenyum, dapat ku lihat ia menghembuskan
nafas lega. Apakah ia benar-benar takut menyakitiku?
"Kalau begitu, maukah kau berjanji? Tidak akan meninggalkanku,
apapun yang terjadi?" Ia menatapku dengan intens dan semakin
mendekatkan wajahnya. Semakin dekat hingga aku mampu merasakan hembusan
nafasnya. Tanpa sadar aku memejamkan kedua mataku. Jantungku berdetak
tidak karuan saat ini. Rasanya seperti..
CHU
Aku mampu merasakannya. Saat bibirnya menyentuh bibirku untuk
pertama kali. Ia hanya mengecup bibirku, dan segera melepaskan tautan
kami. Ia menatapku dengan kedua mata elangnya. Membuatku semakin
terhanyut, jauh, ke dalam dirinya.
"Janji, jika kau tidak akan meninggalkanku? Tidak akan berpaling
dariku apapun yang terjadi?" Ia menatap lekat diriku. Apakah ia ragu
padaku?
"Aku berjanji ge. Aku berjanji tidak akan berpaling darimu. Aku
tidak akan meninggalkanmu." Aku tersenyum dan detik berikutnya, aku
mampu merasakan hangat tubuhnya saat ia memeluk diriku lagi.
"Terima kasih Tao, aku juga. Aku berjanji tidak akan
meninggalkanmu. Tidak akan berpaling darimu. Aku janji padamu Tao.
Saranghae.. Jeongmal saranghae Huang Zi Tao."
"Nado.. Nado saranghae Wu Yi Fan ge."
FLASHBACK OFF
*****
Lihatlah, siapa yang sekarang mengingkari janji itu? Siapa yang
mulai berpaling terlebih dahulu? Apa kau tahu? Aku sakit ge. Aku sakit
di sini. Melihat kedekatanmu dengannya. Apa kau tahu? Aku merasa kau
semakin menjauh dariku. Semakin tidak terjangkau oleh kedua tanganku
ini. Aku merasa jika aku hanya mengikuti bayanganmu, tanpa mampu memeluk
dirimu seutuhnya saat ini.
"Tao-ah. Istirahatlah. Sudah malam." Orang itu menepuk pundakku dan tersenyum.
"Benar Tao, ini sudah malam. Lebih baik kau segera beristirahat.
Aku takut kau sakit. Besok pagi kita ada pekerjaan." Ia mengacak
rambutku dan tersenyum.
Apakah aku mengganggu kalian berdua? Apakah keberadaanku saat ini
mengganggu kemesraan kalian berdua? Apakah kalian tahu? Aku sakit! Aku
merasa sangat sakit di sini. Di sudut hatiku. Apakah kalian tidak mampu
merasakannya?
"A-ah.. Kalian benar. Kalau begitu, aku istirahat duluan Lay ge,
Kris ge. Annyeong. Selamat malam." Aku beranjak dari sofa, melangkahkan
kakiku menuju kamarku dan Xiumin ge.
"Ah.. Tunggu sebentar Tao. Kau lupa sesuatu." Aku mampu merasakan tangan Kris ge menahanku.
"Lupa apa ge?" Aku berpura-pura tidak tahu. Ya, aku ingin mendengarnya sendiri dari bibirnya.
"Tsk.. Kau ini.." Ia menarikku dan mengecup kilat bibir dan keningku.
"Nah, sudah selesai. Sekarang, kau beristirahatlah. Mimpi indah my
baby panda." Ia tersenyum dengan lembut dan mengacak rambutku dengan
penuh rasa sayang -menurutku-.
"Ne.. Kau juga, segera istirahat ge. Aku juga tidak ingin kau
sakit. Jaljayo Kris ge." Aku tersenyum, sesaat aku melirik ke arah
orang itu. Aku melihatnya. Ia menatapku dengan tatapan.. terluka.
Apakah aku sudah menyakitinya? Hey, aku juga sakit jika kau ingin tahu.
"Selamat malam semua.. Annyeong.. Jaljayoo.." Aku melangkahkan kaki dengan cepat ke arah kamar.
BLAM
BRUK
Kakiku terasa sangat lemas. Sungguh.. Aku tidak kuat.. Aku
melihatnya, orang itu. Orang itu juga mencintainya. Aku mampu
merasakannya. Sakit. Ini sakit. Aku tidak ingin merasakannya. Aku tidak
ingin merasakan sakit seperti ini. Aku mencengkram dadaku. Membiarkan
airmata yang sedari tadi aku tahan mengalir dengan bebasnya. Sungguh,
ini terasa amat menyakitkan. Kenapa? Apa salahku? Apa salahku hingga
aku harus mengalami ini semua? Aku mengigit bibir bawahku, menahan
isakanku. Tidak, aku tidak ingin membuat Xiumin gege terganggu karena
tangisanku. Aku tidak ingin menyusahkan orang lain. Biar, biarkan aku
yang merasakan sakit ini sendiri. Ya, biarkan aku yang menanggung rasa
sakit ini.. sendiri.
"Hiks.. Appo.. Sakit.. Tapi.. Aku mencintainya.. Aku benar-benar
mencintainya. Tapi, orang itu.. Orang itu juga mencintainya. Apa yang
harus aku lakukan? Jawab aku Kris ge. Jawab aku.."
*****
Kumohon jangan jadikan semua ini
Alasan kau menyakitiku
Meskipun cintamu tak hanya untukku
Tapi cobalah sejenak mengerti
"Maaf Tao, tadi di bandara aku..--" Ia menundukkan kepalanya. Merasa bersalahkah? Kenapa? Kenapa kau harus merasa bersalah?
"Gwencahana ge.. Tadi ada Luhan gege yang menjagaku." Aku tersenyum. Tapi benarkah? Benarkah tidak apa-apa?
"Tapi Tao..---" Ia mengangkat wajahnya, tangannya terulur untuk
menyentuhku. Dan entah mengapa, aku malah menghindari sentuhannya.
"Aku tahu kau juga pasti lelah ge. Istirahatlah. Aku juga ingin
istirahat. Kepalaku masih terasa sakit. Kau tahu, sepertinya aku memang
tidak boleh berpergian jauh-jauh. Hahaha.." Aku tertawa, berusaha
menutupi perasaanku yang sebenarnya.
"Tao--"
"Selamat malam ge." Aku sedikit berjinjit untuk mengecup keningnya.
"Saranghae Kris ge. Aku mencintaimu." Aku tersenyum, tampak ia
ingin mengulurkan tangannya kembali. Tapi dengan segera aku
melangkahkan kakiku masuk ke dalam kamar.
Apakah kau pernah merasakannya ge? Merasakan sakitnya, merasakan
kecewanya, saat kau membutuhkan seseorang yang kau cintai untuk berada
di sampingmu, tapi ternyata orang itu tidak mempedulikanmu sedikit pun.
Apakah aku egois? Ya, aku memang egois. Tapi itu semua karena dirimu.
Karena kau adalah KEKASIHKU. Apakah aku tidak boleh egois? Apakah aku
harus selalu mengalah? Aku rasa, aku sudah berkorban banyak untukmu ge.
Terlebih perasaanku.
"Aku bodoh.. Aku bodoh.. Tapi aku mencintaimu. Aku mencintaimu Wu Yi Fan. Aku benar-benar mencintaimu."
*****
Lagi.. Aku melihatnya lagi. Lagi, ini sudah kesekian kalinya aku
mendengarkan kata-kata menyakitkan itu keluar dari bibir dan tulisan
para fans.
"Cih.. Kenapa dia selalu mendekati Kris? Memangnya dia pantas?"
Mendekati? Bukan aku yang selalu mendekatinya. Bukankah dia yang
selalu mencariku? Apa salah jika aku mendekati kekasihku sendiri?
"Tsk.. Dia selalu menyakiti Kris gege. Selingkuh dengan Baekhyun dan yang lainnya."
Selingkuh? Aku berselingkuh? Demi Tuhan. Tak pernah sedikitpun terlintas di pikiranku untuk mengkhianatinya.
"Dia tak pantas dengan Kris oppa."
Aku tak pantas? Lalu siapa yang lebih pantas? Apakah orang itu yang lebih pantas? Seburuk itukah aku di mata kalian?
"Sudah manja, cengeng, sekarang gay? Tsk.. Tak di sangka."
Aku akui aku memang manja. Aku memang cengeng. Tapi gay? Apakah itu
salah? Apakah itu merugikan kalian? Bukankah cinta itu tidak memandang
apapun?
"Dia cuma memanfaatkan Kris oppa. Dasar tidak tahu diri."
"Dia itu..--"
Cukup. Sudah cukup aku melihat dan mendengar semua caci maki
seperti itu. Apakah itu yang ada di mata kalian? Memanfaatkan Kris
gege? Apakah itu yang kalian lihat? Kenapa? Kenapa kalian sampai
menuduhku seperti itu? Berselingkuh? Bahkan pikiran itu tak sedikitpun
terlintas dalam pikiranku. Aku dan Baekhyun hyung hanya sahabat. Tak
lebih dari itu. Kami dekat karena kami sama-sama berbintang Taurus dan
juga lahir di bulan yang sama. Dan ia juga yang menjadi penerjemah
untukku bila kami semua sedang perform bersama di atas panggung, karena
mengingat jarak aku dan Kris gege yang terlalu jauh.
Apakah kau tahu bagaimana rasanya bila orang-orang menyebutmu gay?
Padahal sepertinya mereka tidak memberikan respon apapun tentang
kedekatanmu dengan orang itu. Mungkin lebih baik aku yang mengalah. Ya,
mungkin itu lebih baik. Aku memang sudah terlanjur mencintai dirimu.
Tapi, tak bisakah? Tak bisakah kau merasakanya? Rasa cemburu setiap
kali melihat kedekatanmu dengannya? Tatapan mata yang terluka setiap
kali melihat kalian berdua membuat moment bersama di atas panggung.
"Kami melakukan itu hanya untuk sekedar fanservice. Tidak lebih
Tao-ah. Lagipula bukankah ia sudah jadian dengan Suho? Apa kau tidak
percaya padaku? Aku hanya mencintaimu. Hanya kau Huang Zi Tao."
Kau selalu mengatakan hal itu. Tapi benarkah? Benarkah hanya
sekedar fanservice semata? Aku merasakan ada yang lain dari tatapan
kalian. Apakah ada yang kalian sembunyikan dariku? Adakah yang tidak
aku ketahui selama ini?
Apakah kalian tidak dapat merasakannya? Atau mungkin, mungkin
kalian merasakannya, tapi kalian mengabaikan perasaan itu. Membutakan
mata dan hati kalian, menulikan telinga dan pendengaran kalian. Hingga
kalian tidak mampu melihat airmata yang mengalir dari kedua mataku,
mendengar jeritan tangis dari dalam hatiku.
Apa perbedaan aku dengannya? Bukankah ia juga seorang pria?
Kenapa? Kenapa hanya aku saja yang menerima kata-kata menyakitkan
seperti itu?
"Tao, kau melamun lagi?" Aku menolehkan pandanganku dan melihat
Xiumin gege menatapku dengan ekspresi khawatir. Sungguh, aku tidak
ingin mereka mengkhawatirkan keadaanku. Aku hanya tersenyum. Dapat ku
lihat ia menghela nafas lalu duduk di sampingku.
"Memikirkan mereka lagi?"
"A-aniyo.. Aku tidak memikirkan mereka." Aku memalingkan wajahku ke
arah lain dan mengigit bibir bawahku. Menahan airmata yang siap
mengalir setiap saat. Aku memang cengeng. Tapi inilah aku. Aku mudah
tersentuh hanya karena hal-hal kecil. Aku mampu menangis hanya karena
sesuatu hal yang sederhana. Aku memang lemah, dan aku akui itu. Tapi
tidak bisakah? Tidak bisakah kalian tidak memperburuk keadaan itu.
"Kau berbohong Tao. Kau kira aku tidak dapat merasakannya? Aku
tahu kau selalu menangis diam-diam di kamar Tao setiap malam. Bahkan
saat kita sedang berkumpul bersama. Tanpa kau menunjukkan kau menangis
pun, dalam hatimu kau menangisi mereka. Aku tahu itu semua Tao."
Aku tersentak kaget mendengar ucapan yang keluar dari bibir Xiumin
gege. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa ia mengetahui semuanya? Sedangkan
ia dan orang itu. Tidak sedikitpun menyadari keadaanku sebenarnya.
Sekuat tenaga aku menahan airmata yang siap mengalir kapan saja. Tidak, aku harus kuat. Harus.
"Menangislah. Menangislah agar kau merasa lega. Lepaskanlah.
Lepaskanlah semua yang kau pendam selama ini. Aku tahu Tao, aku tahu
bagaimana perasaanmu yang sebenarnya. Dan satu lagi. Jangan pernah
mendengarkan ucapan orang-orang itu. Mereka tidak mengetahui kenyataan
yang sebenarnya. Hanya kau yang tahu bagaimana dirimu sebenarnya.
Jadilah dirimu sendiri Tao-ah. Kami selalu mendukungmu di sini.
Percayalah."
DEG
Semua yang di katakan Xiumin gege benar. Kenapa aku baru menyadarinya? Tapi, tetap saja. Itu sangat menyakitkan untukku.
GREP
Aku dapat merasakan rasa hangat melingkupi tubuhku. Xiumin gege
memelukku dengan erat. Dan tanpa dapat ku bendung lagi, aku membiarkan
airmata yang sedari tadi ku tahan mengalir dengan sendirinya.
"Tolong.. Tolong bantu aku Xiumin ge. Bantu aku.. Aku mencintainya. Aku sungguh-sungguh mencintainya."
*****
Bila Rasaku Ini Rasamu
Sanggupkah Engkau Menahan Sakitnya
Terkhianati Cinta Yang Kau Jaga
Coba Bayangkan Kembali
Betapa Hancurnya Hati Ini Kasih
Semua Telah Terjadi
"Tunggu Tao, itu tidak seperti yang kau kira." Langkahku tertahan karena ia tengah memegang lenganku dengan sangat erat.
"Tidak seperti yang ku kira? Aku mendengarnya dengan jelas ge. AKU
MENDENGARNYA DENGAN JELAS! LALU KAU BILANG ITU TIDAK SEPERTI YANG KAU
KIRA?!"
Cukup. Ini sudah cukup bagiku. Dapat ku lihat wajahnya yang
terkejut mendengar teriakanku. Aku tidak peduli. Sudah cukup. Bukankah
itu semua sudah menjadi bukti. Ia mengatakannya sendiri dari bibirnya,
tanpa ada paksaan.
"Lay saranghaeyo. I hate daddy."
Apa itu? Tidak seperti yang ku kira? Apa itu tidak cukup
membuktikan perasaanmu yang sebenarnya? Apa kau tidak tahu kalau kau
baru saja menghancurkan perasaanku? Menghancurkan perasaan yang sudah
aku tata dengan baik untuk dirimu. Perasaan cinta yang tercipta hanya
untuk dirimu. Hanya untuk dirimu Wu Yi Fan.
"A-aku.. Aku hanya bercanda sayang. Aku tidak bersungguh-sungguh
mengatakannya." Ia memegang erat kedua pundakku. Wajahnya terlihat
sangat panik. Ah, tentu saja. Karena aku mendengar sendiri "pernyataan
cinta" darinya untuk orang itu.
"Cukup ge.. Cukup. Jangan jadikan itu alasan untuk menyakitiku
lebih dari ini ge. Aku tahu, aku tahu kau mencintainya. Dan tampaknya
ia juga mencintaimu ge. Chukkae." Aku tak mempedulikan berapa banyak
airmata yang saat ini tengah mengalir menghiasi pipiku. Sesak, sakit,
perih, kecewa semua bercampur menjadi satu.
"Itu tidak seperti yang kau kira Tao. Aku hanya mencintaimu. Hanya
dirimu." Ia menangkup wajahku dengan kedua tangannya. Kau tahu? Perih.
Saat menatap kedua manik mata itu. Tolong. Tolong katakan kalau ia
berbohong.
"Ak-- hmpphh--"
Ia mengunci bibirku dengan bibirnya. Ia menciumku. Terasa lembut,
tapi sangat menyakitkan untukku. Ia terus mengecup bibirku, tanpa
mempedulikan penolakkan dariku.
Entah sudah berapa lama kami berciuman. Hingga akhirnya aku
mendorong dengan paksa dirinya untuk menjauh. Dengan segera aku
menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Aku mengusap dengan kasar
bibirku. Ia menatapku, menatapku dengan tatapan sendunya. Tolong.
Tolong jangan biarkan aku terjerat oleh kata-kata manisnya lagi. Ini
sudah cukup. Cukup menyakitkan untukku.
"Aku hanya mencintaimu Tao. Hanya dirimu. Aku dan dia hanya..--"
GREP
"Aku mencintaimu ge. Aku mencintaimu. Tolong, tolong jangan sakiti
aku lagi." Dan tanpa sadar aku sudah memeluknya. Aku memaafkannya? Ya,
aku selalu memaafkannya. Aku mencintainya. Aku sungguh-sungguh
mencintainya.
"Aku berjanji Tao. Aku tidak akan menyakitimu. Tidak akan pernah."
Dapat aku rasakan ia memeluk erat tubuhku. Mengusap lembut
rambutku. Aku dapat merasakannya. Rasa cinta dan sayang dari dirinya.
Apakah aku bodoh? Mungkin aku memang benar-benar bodoh. Tapi aku
mencintainya dan aku akan percaya dengan janjinya. Janji bahwa ia tidak
akan pernah menyakitiku lagi. Ya, semoga saja.
*****
(cintaku) cintaku (lebih besar dari benciku) lebih besar dari benciku
Cukup aku yang rasakan(jangan dia) jangan dia (jangan dia) jangan dia cukup aku
(jangan dia jangan dia) cukup aku(jangan dia)
PRANG
Gelas yang tengah ku pegang terlepas begitu saja dari genggaman
tanganku. Aku melihatnya. Melihat orang yang aku cintai tengah memeluk
dengan erat orang itu. Dan lagi.. Wajah mereka.. Wajah mereka sangat
dekat. Dapat ku lihat mereka berdua terkejut melihat diriku. Dengan
segera mereka berdua melepaskan pelukan mereka. Tampak orang itu, Lay
gege, menatapku dengan tatapan bersalah. Kenapa? Kenapa kau menatapku
seperti itu?
"Ta-Tao. Ini tidak seperti yang kau lihat." Ia melangkahkan
kakinya ke arahku yang tengah terdiam terpaku di tempatku. Kaki terasa
mati rasa. Kenapa? Kenapa di saat seperti ini aku tidak bisa
menggerakan kakiku. Kenapa? Kenapa di saat seperti ini aku tidak mampu
mengucapkan sepatah kata pun. Kenapa? Kenapa tubuhku tidak menolak saat
ia ingin memeluk? Kenapa? Kenapa harus seperti ini?
"Be-benar Tao. Ini tidak seperti yang kau lihat. A-aku tadi sedang
bercerita tentang Suho hyung. Sepertinya aku terlalu terbawa suasana.
Ka-kami berdua tidak melakukan apapun. Percayalah." Lay gege menatapku,
menatapku dengan tatapan bersalahnya. Dapat ku lihat airmata telah
menghiasi wajah manisnya. Hey? Aku bahkan belum mengucapkan sepatah kata
pun. Aku hanya mampu memberikan tatapan kosong ke arahnya. Sungguh,
aku benar-benar tidak ingin berada di posisi seperti saat ini.
"Istirahatlah Lay-ah. Ini sudah malam. Biar aku yang menjelaskan
padanya. Kau pasti sudah sangat lelah. Besok pagi kita ada jadwal lagi.
Aku tidak ingin ada anggotaku yang sakit karena ini." Ia melepaskan
pelukkannya dari tubuhku dan menepuk pelan pundak Lay gege. Dapat ku
lihat dari sorot matanya yang terlihat sendu dan.. terluka.
"Ba-baiklah. Aku istirahat dulu kalau begitu. Selamat malam
Duizhang. Selamat malam Tao." Ia menepuk pelan pundakku saat ia
melewati tubuhku. Sesaat aku melihat ia menatapku dengan tatapan
terluka. Kenapa? Kenapa ia menatapku seperti itu? Apa aku sudah
menyakitinya? Kenapa? Kenapa ia memberikan tatapan seperti itu padaku?
Apa salahku?
Aku menatap kepergian Lay gege dengan penuh tanda tanya dalam
pikiranku. Kenapa justru ia yang menatapku seperti itu? Harusnya aku!
Harusnya aku yang menatapnya seperti itu! Kris gege itu kekasihku dan
seharusnya yang memeluknya seperti hanya aku! Hanya aku! Terdengar
egois memang, tapi aku mencintainya. Sangat mencintainya. Apakah aku
salah bila aku cemburu melihat hal itu?
"Tao.."
Panggilan itu menyadarkanku, bahwa saat ini aku tidak sedang
sendiri. Dengan segera aku menolehkan wajahku, menatap ia yang tengah
berdiri terpaku. Tampak ekspresi wajahnya yang menyiratkan rasa lelah
dan tatapan matanya yang terlihat begitu sendu. Ia melangkahkan
kakinya, mengulurkan tangannya untuk menggapaiku tapi dengan segera aku
menepis uluran tangannya.
"A-aku juga ingin segera beristirahat. Kau juga beristirahatlah
gege. Ini sudah malam. Kau tampak sangat lelah." Aku memalingkan
wajahku, dan segera membalikkan tubuhku. Memejamkan kedua mataku,
menahan airmata yang sedari tadi berontak untuk keluar.
'Aku mohon Tuhan. Berikan aku kekuatan saat ini.'
"Selamat malam gege." Aku segera melangkahkan kakiku menjauh
darinya. Sakit. Ini sangat sakit. Lebih sakit dari yang sebelumnya.
Kemana? Kemana janji yang dulu ia ucapkan padaku. Janji bahwa ia tidak
akan menyakitiku lagi. Kemana janji itu?
Aku mengusap dengan kasar airmata yang mengalir di pipiku. Tuhan,
aku mohon, aku berharap kau menghilangkan semua rasa sakit ini. Aku
tidak sanggup Tuhan. Sungguh aku tidak sanggup. Aku memang
mencintainya. Tapi, bukan seperti ini Tuhan. Bukan cinta yang
menyakitkan seperti ini yang aku harapkan.
GREP
Aku tersentak kaget karena pelukan tiba-tiba itu. Aku dapat
merasakan hembusan nafasnya di leherku. Dan aku merasakan pundaku
sedikit basah. Tunggu. Basah? Tidak mungkin kalau ia..
"Maafkan aku Tao. Maafkan aku." Aku mampu merasakan tubuhnya
sedikit bergetar. Dan tolong katakan padaku. Katakan padaku kalau aku
baru saja salah dengar. Tidak mungkin ia menangiskan? Tidak mungkin.
"Aku mencintaimu Tao. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Tapi.."
Tapi? Tapi apa ge? Kenapa harus ada tapi? Cukup. Aku sudah tahu apa
yang akan kau katakan selanjutnya. Jangan teruskan. Aku mohon jangan
teruskan. Aku tidak ingin mendengarnya saat ini. Aku benar-benar tidak
siap jika aku harus terluka saat ini. Kenapa? Kenapa justru di saat ini
lidahku terasa sangat kelu.
"Tapi tidak dapat ku pungkiri. Aku juga mencintainya. Aku juga
mencintai Lay." Ia mengeratkan pelukkannya. Aku dapat merasakan
pundakku basah sangat basah saat ini. Tak tahukah kau? Aku terluka,
hatiku hancur. Mendengar semua pengakuanmu. Tak mampukah kau mendengar
jeritan hatiku, yang meneriakkan kata kecewa, kata terluka, kata perih.
Tidak mampukah kau mendengarnya? Kenapa? Kenapa kau melakukan ini
padaku. Apa salahku? Apa salahku?
"A-apa salahku ge? Apa salahku hingga kau melakukan hal ini padaku?
Apakah aku begitu tidak pantas untukmu, hingga kau mempermainkan
perasaanku? Kenapa ge? Kenapa harus aku yang merasakan semua ini? KENAPA
HARUS AKU GE?! JAWAB AKU GEE?!!" Aku berteriak, putus asa, kecewa,
terluka, perih, pedih, sesak. Cukup Tuhan, cukup. Aku tidak ingin
merasakan rasa sakit ini lagi.
"Apa Tuhan sedang menghukumku ge? Apakah ini semua karena aku
terlalu manja padamu? Apakah kau juga berpikiran kalau aku hanya
memanfaatkanmu ge? Sama seperti para fansmu, menuduhku jika aku hanya
memanfaatkan dirimu. Jawab aku ge? JAWAB AKU?!!" Biarkan, biarkan aku
mengungkapkan semua yang telah aku pendam selama ini. Tolong, tolong
biarkan aku mengungkapkan semua perasaanku saat ini.
"Cukup Tao. Itu semua tidak seperti yang kau katakan. Bukan itu.
Bukan itu alasannya." Ia melepaskan pelukannya, dan membalikan tubuhku
untuk menghadapnya. Aku menundukkan kepalaku. Sungguh, aku tidak
sanggup untuk mengangkat wajahku. Menatap wajahnya, melihat kedua
matanya yang selalu membuatku hanyut kedalamnya. Cukup. Ini sudah
melebihi batasku.
Aku mencengkram dadaku. Ini sangat sakit. Lebih sakit dari yang
aku pikirkan saat ini. Mendengar orang yang ku cintai juga mencintai
orang lain selain diriku. Itu sudah cukup membuatku terpuruk.
"S-sampai se-sejauh mana k-kau akan menyakitiku ge? Sampai sejauh
mana kau ingin menghancurkanku? Sampai sejauh mana kau ingin
mempermainkan perasaanku? Sampai sejauh mana ge? Sampai sejauh mana?"
Aku mengangkat kepalaku, menatap wajahnya yang tampak terkejut dengan
semua pertanyaanku. Aku menatapnya, menatap dengan tatapan lelahku.
Sungguh, aku benar-benar sudah sangat lelah. Aku lelah jika harus
menjalani hubungan seperti ini. Ia tidak memberikan respon apapun.
Diam. Itulah jawabannya.
"Aku lelah ge. Aku lelah jika harus seperti ini. Kau tahu? Hatiku
sudah hancur ge. Perasaanku sudah terluka dalam ge. Aku membencimu ge.
Aku sangat membencimu."
Tampak ia tersentak kaget karena ucapanku.
"Aku memang membencimu. Tapi rasa cintaku ini lebih besar dari rasa
benciku ge. Apa kau dapat merasakannya ge? Apa kau mengetahuinya?
Mengetahui perasaanku yang sebenarnya? Tolong jawab aku ge. Jawab aku."
Aku memukul-mukul dadanya. Membiarkan airmataku mengalir dengan
derasnya. Ia terdiam. Ia terdiam terpaku. Tanpa mengeluarkan sepatah
katapun.
"JAWAB AKU GE!! APA YANG HARUS AKU LAKUKAN? APA YANG HARUS--"
GREP
Ia memelukku. Ia memeluk tubuhku. Aku dapat merasakannya. Merasakan tubuhnya bergetar.
"Maaf. Maaf. Maaf. Maafkan aku Tao. Maafkan aku."
Aku tersentak kaget karena ucapannya. "Maaf"? Hanya kata itukah
yang mampu kau ucapkan padaku? Setelah kau melukai perasaanku hingga
seperti ini? Hanya kata "maaf" sajakah? Kenapa? Kenapa justru kau
meminta maaf padaku.
"Aku mohon. Aku mohon jangan menangis ge. Kau membuatku
seakan-akan aku yang bersalah ge. Tolong. Tolong jangan menangis. Kau
membuatku semakin terasa sakit. Aku moh--"
"Aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu Tao." Ia
mengeratkan pelukannya, membuatku semakin terasa sakit. Tolong, tolong
jangan katakan kau mencintaiku, jika hatimu tidak seutuhnya untukku.
Tolong, tolong jangan siksa aku dengan semua kata manismu.
"Aku mencintaimu. Aku benar-benar mencintaimu. Maafkan aku.
Maafkan aku Tao." Ia semakin mengeratkan pelukkannya membuat hatiku
semakin terasa sesak. Tuhan, apakah aku harus memberikannya kesempatan
untuk kesekian kalinya? Apakah aku harus memaafkan orang telah
menyakiti perasaanku hingga seperti ini? Apakah aku harus memaafkan
orang yang telah mengingkari janjinya,berpaling kepada orang lain. Apa
yang harus aku lakukan Tuhan? Apa yang harus aku jawab saat ini?
Aku memejamkan mataku. Berusaha untuk menghirup aroma tubuh yang
selama ini telah menjadi candu untukku. Dada bidang yang selalu
membuatku merasa sangat nyaman. Lengan kekar yang selalu memelukku,
memberikan kehangatan untukku. Tangan besar yang selalu menggenggam
tanganku dengan erat. Mata yang selalu menatapku dengan tatapan teduh
dan damainya. Bibirnya yang selalu menjadi candu untukku, yang selalu
mengucapkan kata cinta untukku. Aku menyukai semuanya. Semua yang ada
pada dirinya. Aku mencintai orang ini. Sangat mencintai orang ini.
Kilasan setiap moment yang aku lalui bersamanya kini menari-nari
memenuhi pikiranku. Tuhan, apakah aku harus memaafkannya?
"Aku mencintaimu Tao. Aku..--"
"Aku juga. Aku mencintaimu ge. Aku juga sangat mencintaimu." Tanpa
sadar kata-kata itu mengalir dengan sendirinya. Ya, aku mencintainya.
Aku memang terlanjur mencintainya. Dan itu tak mampu untuk aku pungkiri.
Tak mampu untuk aku ingkari. Namanya, namanya jelas-jelas telah
terukir dengan indah dalam hatiku. Bahkan luka yang ia torehkan
untukku, tidak mampu untuk menghapus namanya dari hatiku.
"Benarkah? Benarkah itu?" Ia menjauhkan tubuhnya, dan menatapku
dengan tatapan tidak percaya. Aku hanya mampu menganggukkan kepalaku
dan tersenyum. Ya, aku tersenyum. Aku benar-benar tulus mencintainya.
"Gomawo. Gomawo Tao-ah. Aku berjanji. Aku berjanji akan melupakan
perasaanku padanya. Aku berjanji. Berjanji akan mencintaimu seutuhnya.
Gomawo Tao-ah. Gomawo. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu Tao-ah." Ia
kembali memeluk tubuhkku. Aku dapat mendengar tawanya. Melihat
senyumnya. Itu sudah cukup untukku. Aku mencintaimu. Tak dapat aku
pungkiri rasa cintaku lebih besar dari rasa benciku. Aku mencintaimu,
lebih dari dirinya. Tolong, cintai aku. Cintai aku seutuhnya. Bukan
dia. Jangan dia. Tapi aku. Hanya aku. Hanya aku yang harus kau cintai.
Bukan dia, tapi aku.
****
-T-H-E-E-N-D-
Tolonggggggggggggggg!!!!!!!! Jangan bunuh aku habis ini.. Beneran
ga tau buat dapetin feelnya lagi. Akibat badmood. ==a bis melihat
sesuatu yang tidak menyenangkan. Ga dapet feelnya? *garuk tembok*
Inilah adalah FF yang gw buat karena terlalu banyak yang ngebash
Taoooo.. CUKUUUUUUPP!! gw ga mau ngedenger Tao di bash lagi. Terlalu
menyakitkan. T______T *peluk Tao*
Posted by dinodeer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar