Selasa, 19 Februari 2013

FanFiction //The Diaries [chap II end]// (TAORIS)

heyy Yo.. mimin Zitao datang lagi. hmmm berhubung FF 'Triangel Kiss' chap III belum selesai. sebagai gantinya mimin mau kasih FF The Diarie Chap 2. moga kalian seneng yah ^^ tetap di harapkan KOMEN nya ^-^ tanpa banyak bacot. langsung ajj di baca. HAPPY READING



Author : Park Minrin

title : The Diaries [TAORIS VERSION]
Chapter 2-end

main cast : Huang Zitao, Wu Yifan

other cast : Zhang Yixing

warning : Typo[s], Gender Switch


sekedar cuap-cuap dikiiit ...
ini saya sedang dalam proses
comeback soalnya kerja praktek udah
mau selesaiiii ... *tebarconfeti*
buat pemanasan the diaries dulu
yaaaa~~
here we gooo!!!



==========================


Apa yang sebenarnya aku risaukan?
Kenapa wanita itu harus hadir
diantara aku dan Lao Shi..
Apakah ini berarti aku harus benar-
benar menyerah?


Tolong berikan aku petunjuk Tuhan..
aku tidak mau tersakiti oleh hal yang
tidak pasti seperti ini..
Ku mohon kuatkan hatiku jika Lao Shi
bukanlah seseorang yang tepat
untukku..


Ku mohon Tuhan.. ku mohon…
Aku tidak kuat menahan perasaan
seperti ini..


“Tao! Kenapa kau serius sekali? ini
bukan seperti kau yang biasanya..”

Wufan memandang Tao dengan
pandangan heran karena sedari tadi
anak itu sangat serius mengerjakan
latihannya tanpa berbicara sepatah
katapun padanya.

Tao tidak menghiraukan omongan
Wufan. Saat ini dia hanya sibuk
menyelesaikan soal-soal yang diberikan
Wufan tanpa memperdulikan pria itu.
Tao hanya tidak mau melukai
perasaannya jika terlalu banyak
melakukan kontak mata dengan
Wufan.

Kamar Tao menjadi lebih dingin. Entah
itu karena pendingin ruangannya atau
karena suasana yang diciptakan Tao
sendiri. Wufan hanya cemberut
memandang Tao yang sedang sibuk
menjawab soal-soal yang
diberikannya.

Tok..tok..tok…

Suara ketukan pintu memecah
keheningan diantara mereka berdua.
Tao bangkit dari duduknya kemudian
membukakan pintu.

“Ah Mama.. ada apa?” tanya Tao
saat melihat wajah orang yang
mengetuk pintu kamarnya itu.

“Oh, Mama pikir tidak ada orang.
Ternyata ada temanmu ya..” jawab
Mama Tao.

“Ah, ini hanya guru ku.. dia kemari
memberi pelajaran tambahan
padaku..”

DEG!

‘Hanya guru katanya? Guru yang
datang memberikan pelajaran
tambahan? Tunggu, apa yang aku
pikirkan ini..’ batin Wufan.








“Wah, guru mu baik sekali Tao. Sore-
sore begini sudah mau merelakan
waktunya memberikan pelajaran
tambahan untukmu.” Ujar Mama Tao.

Mama Tao kemudian masuk dan
berjalan kearah Wufan. Wufan
kemudian berdiri dan memberi salam
kepada Mama Tao.

“Selamat sore nyonya, saya Wufan.”
Wufan memperkenalkan dirinya. Dia
memberikan senyuman termanisnya
kepada Nyonya Huang.

“Ah, aku mamanya Tao. Salam kenal
Lao Shi.” Balas mama Tao tersenyum.
Wufan dapat melihat senyuman mama
Tao sama persis seperti senyuman Tao.
Manis.

“Aku guru bahasa inggrisnya Tao.
Salam kenal juga nyonya.”

“Apa? Bahasa inggris? Jadi Lao Shi
memberikan Tao pelajaran tambahan
bahasa inggris? Apa tidak salah?”
tanya Mama Tao tiba-tiba.

“Iya nyonya. Ada apa? Kenapa
nyonya terkejut seperti itu?” tanya
Wufan balik. Tao menunjukan sebuah
kecemasan diwajahnya.

“Anak itu waktu SD kan bersekolah di
Amerika waktu keluarga kami masih
tinggal disana. Keluarga kami 12
tahun tinggal di Amerika, makanya aku
heran kenapa Lao Shi memberinya
pelajaran tambahan bahasa inggris.
Anak ini sangat mahir bahasa inggris
Lao Shi, bahkan dia berbicara dengan
Papa nya menggunakan bahasa
inggris.” Jelas Mama Tao panjang
lebar.

Wufan kemudian memandang Tao, sementara Tao memutar otaknya
mencari alasan.

“Bahasa inggris di China di buat rumit,
Ma. Sudahlah, lain kali lagi Mama
bicara dengan Lao Shi. Aku harus
belajar dulu ya, Ma.” Tao menarik
tangan Mamanya menuju pintu
kamarnya. Mengusir Mamanya secara
halus.

“Kau anak nakal ternyata! Jangan
sampai kau menyusahkan Wufan Lao
Shi, Tao.” Ujar Mamanya bertepatan
dengan Tao menutup pintu kamarnya.

“Ya Mama~~” teriak Tao dari dalam
setelah menutup pintu.

“Mari kita lanjutkan lagi Lao Shi.” Ujar
Tao dengan nada dingin. Wufan yang
tadinya ingin bertanya pada Tao jadi
mengurungkan niatnya setelah
mendengar nada dingin dari anak itu.

-THE DIARIES-

SMA Qingdao…
Suasana dikelas kali ini membuat
anak-anak dikelas 12-3, kelas Tao
menjadi sangat heran. Suasana yang
tenang dalam kelas pada saat mata
pelajaran Wufan, bahasa inggris.

Anak-anak dikelas itu merasa heran
karena biasanya Tao akan selalu
menggoda Wufan, membuat suasana
kelas begitu gaduh saat Wufan
mengajar. Atau mencari perhatian
ketika Wufan sibuk menerangkan
dengan berpura-pura tidak
memperhatikan pelajaran. Pokoknya
ada saja yang dilakukan Tao untuk
memancing emosi Wufan.

Tapi hari ini lain. Tao begitu serius
memperhatikan penjelasan yang
diberikan Wufan. Tidak sepatah kata
pun keluar dari mulutnya ketika Wufan
menjelaskan dan memberikan latihan
pada mereka. Tao menjadi “anak
baik” yang tidak seperti biasanya.

Wufan merasakan sesuatu yang lain
mengusik hatinya. Semacam perasaan
rindu dan tidak senang. Rindu akan
kenakalan Tao, ketidakpedulian Tao
dan kebiasaan Tao saat pelajarannya.

Entah itu sikap cueknya, sikapnya yang
kadang suka mencari perhatian
ataupun celotehannya ketika dia
menerangkan. Dan tidak senang. Dia
tidak senang karena Tao jadi seperti
ini.

Wufan merasa seolah-olah Tao sudah
tidak peduli padanya lagi. Dan dia
tidak suka itu.

-SKIP TIME-

“Ada apa Lao Shi memanggilku?”
tanya Tao ketika dia masuk ke ruang
multimedia saat jam istirahat. Wufan
duduk di sebelah jendela sedang asik
memandang keluar. Dia berdiri tiba-
tiba kemudian menutup tirai jendela
ruangan itu.

“Ada hal yang harus aku bicarakan
padamu Tao.” Jawab Wufan dengan
nada serius.

Pria itu kemudian berjalan kearah Tao,
kearah pintu tepatnya. Dengan cepat
pria berkacamata itu menahan tangan
Tao dan mengunci pintu. Tao berusaha
melepaskan tangan Wufan namun
tenaga pria itu lebih kuat darinya.

“Jangan melawan Tao.” Ujar Wufan
pelan. Tao seperti terhipnotis dengan
nada suara Wufan. Namun sedetik
kemudian dia sadar dan berusaha
melepaskan tangan Wufan.

“Lepaskan aku Lao Shi! Apa yang Lao
Shi inginkan?!” bentak Tao. Wufan
kemudian mendorong tubuh Tao ke
dinding dan menghimpit tubuh anak itu
hingga jarak wajah mereka hanya 5
cm saja.

“Kau ingin tau apa yang kuinginkan,
Huang Zitao?” tanya Wufan.

DEG!

Jantung Tao berdetak kencang sekali.
jarak wajah Wufan yang sedekat ini
membuatnya tidak bisa mengendalikan
dirinya.

Wufan melepas kacamatanya dan
menghadapkan manik hitamnya itu ke
manik hitam milik Tao.

“Tentu saja Lao Shi! Apa yang kau
inginkan?” tanya Tao balik. Tubuh Tao
melemas, Wufan menyeringai.

“Kau benar-benar ingin tau?”

Namun belum sempat Tao menjawab,
Wufan menyambar bibir Tao. Tao
terkejut karena Wufan tiba-tiba
menciumnya. Wufan menarik kepala
Tao dan memperdalam ciumannya.
Dia menciumi bibir Tao dengan liar.

Tao masih bingung namun akhirnya dia
ikut terbuai. Tao membalas ciuman
Wufan.

Mereka berdua berciuman dengan
penuh nafsu dan cukup lama sampai
akhirnya Tao mendorong tubuh Wufan
karena anak itu kehabisan nafas.

“Haah.. haah..” dia benar-benar
sudah kehabisan nafas. Begitupun
Wufan. Pria itu juga terengah-engah
akibat ciuman “hebat”nya dengan
muridnya itu.

Wufan kemudian tersadar, dia sudah
berciuman dengan muridnya sendiri.
Awalnya dia tidak berniat melakukan
ini. Namun pikiran dan hatinya sedang
tidak sejalan. Dorongan yang kuat
dalam hatinya lah yang membuatnya
melakukan ini. Wufan menjadi sangat
bingung, apakah ini yang benar-benar
ada dalam hatinya? Huang Zitao kah?

Sementara Tao yang sudah
sepenuhnya sadar kemudian keluar
dari ruangan itu. meninggalkan Wufan
yang masih terpaku disitu sendirian.

-THE DIARIES-

Haruskah seperti ini? haruskah begini?
Tidak bisakah sedikitpun kau rasakan
perasaanku ini?!
Bagaimana bisa kau lakukan ini
padaku Lao Shi?!


Memberi harapan….


Ya! Kenapa kau melakukannya justru
disaat aku hampir menyerah?
Kenapa kau tidak langsung menghilang
saja dari hatiku Lao Shi?!


Aku sudah cukup tersakiti dengan
perasaan sepihak yang menyedihkan
ini!
Adakah sedikit bayanganku didalam
hatimu itu Lao Shi?


Apakah ciumanmu itu memiliki arti yang
besar untukmu?
Jika tidak akhiri ini Lao Shi! Aku sudah
cukup tersiksa karena memendam
perasaan begini..


Kau membuatku jadi tidak mau
melepasmu sekarang!
Jadi apa yang harus aku lakukan?!
Mengalahkah? Atau merebutmu dari
sisinya??


============================


“Tao.. apa yang kau lamunkan?”
tanya Wufan ketika mereka berdua
berada dikamar Tao. Sudah hari
ketiga semenjak ciuman itu. dan Tao
masih tidak percaya dengan apa yang
dilakukan Wufan padanya tiga hari
yang lalu.

“Entahlah Lao Shi.. terlalu banyak
yang aku pikirkan.. terlalu banyak hal
yang aku risaukan saat ini..” jawab
Tao datar. Pikirannya sekarang entah
melayang kemana. Tidak fokus pada
apapun.

“Apa yang kau pikirkan? Kau bisa
berbagi padaku Tao..” ujar Wufan.

Semakin lama dia semakin menaruh
rasa simpatik yang besar pada anak
itu. hati nuraninya lah yang
menginginkannya melakukan itu.

“Kenapa kau tiba-tiba baik seperti ini
padaku Lao Shi? Dulu kau tidak
pernah seperti ini..” tanya Tao heran.

Dia memang sangat heran dengan
perubahan sikap Wufan akhir-akhir ini
padanya.

“Entahlah… mungkin aku hanya
merasa simpatik padamu. Tapi aku
tidak begitu mengerti, hatiku
menginginkan ini semua Tao.” Jawab
Wufan jujur. Namun pria berkacamata
itu tidak dapat menjelaskan apa
sebenarnya maksudnya.

“Apa maksudmu Lao Shi? Aku tidak
mengerti..” ujar Tao polos. Dia
memang benar-benar tidak mengerti
dengan apa yang dikatakan Wufan.

“Entahlah Tao.. rasanya akhir-akhir ini
kau seperti menarikku untuk selalu
berada di sekitarmu..”

DEG!

Jantung Tao berdetak keras.
Wufan mendekatkan duduknya jadi
semakin merapat kearah Tao.

Sementara Tao yang memang sudah
merapat pada dinding kamarnya itu
hanya bisa mengatur nafas dan
hatinya saja.

“La.. Lao Shi.. bisakah kau sedikit
menjauh..” Ujar Tao gugup. Namun..

GREP!

Wufan menarik tubuh Tao dan
memeluk anak itu. Tao merasakan saat
ini jantungnya sudah berdetak tidak
karuan lagi.

“Lao.. Shi.. apa yang kau…”

“Sssssttt! Biarkan tetap seperti ini Tao..
aku ingin memelukmu..” Wufan
merasakan gejolak yang amat besar
dari dalam hatinya yang membuatnya
ingin memeluk Tao saat ini.

“Tap.. Tapi Lao Shi..”

“Sudahlah Tao.. jangan bicara
apapun lagi..”

Tao terdiam. Entah siapa yang
memulai, namun mereka berdua
terhanyut dalam suasana hati mereka
masing-masing. Ini adalah hal yang
paling Tao inginkan dan sesuatu yang
tidak bisa Wufan kendalikan. Emosi
mereka.

Wufan mendekatkan wajahnya ke
wajah Tao dan menyentuhkan bibir
tipisnya ke bibir anak itu. dan Tao
membalasnya. Mereka saling melumat
bibir satu sama lain. Lembut dan
penuh perasaan. Wufan dapat
merasakan perasaan yang teramat
dalam mengalir dari dalam diri Tao
kedalam dirinya. Detik itu pula lah
Wufan bisa merasakan perasaan cinta
yang teramat dalam dari Tao
untuknya.

Wufan memperdalam ciuman mereka.
Tao bahkan sudah tidak peduli lagi
entah saat ini dia bisa bernafas atau
tidak. Ciuman itu semakin lama semakin
tidak terkendali. Entah siapa yang
memulai tapi saat ini mereka sedang
asik berperang lidah dan bertukar
saliva. Tao sangat menikmati sensasi
ini. begitu pun Wufan. Pria itu justru
semakin bersemangat mengabsen tiap
deret gigi Tao dengan lidahnya itu.

Dan ciuman Wufan sekarang turun ke
leher jenjang Tao yang kemudian
membuat anak itu mendesah halus
ketika lidah Wufan menyentuh bagian
sensitifnya.

“Urrgghh.. kau.. ahh.. geh.. ge..liih..
Lao.. Shi.. shh..”

Wufan jadi semakin bersemangat
meninggalkan jejak kepemilikannya
dileher putih nan jenjang itu. beberapa
jejak merah keunguan bersemayam
dileher putih Tao. Wufan kemudian
mulai meraba dada dan punggung
Tao membuat anak itu menggeliat geli
akibat sentuhan tangan gurunya
tersebut.

KRINGGGGG!!!!

Bunyi ponsel Wufan menginterupsi
mereka berdua. Jika tidak melihat
siapa yang menelponnya, Wufan pasti
tidak akan rela menghentikan
aktivitasnya pada Tao.

“Ah.. Kau sudah pulang? Baiklah
Yixing, aku akan menjemputmu
sekarang. Tunggu aku, oke sayang?”

Wufan kemudian menutup telponnya.
Dia memandang wajah Tao dengan
perasaan teramat menyesal.

“Maafkan aku Tao. Aku harus pergi
sekarang. Yixing sudah menungguku.
Selamat sore Tao. Sekali lagi maafkan
aku..” ujar Wufan kemudian berjalan
keluar dari kamar Tao.

Dan Tao merasakan jantungnya seperti
ditikam langsung oleh belati yang
sangat tajam. Sangat menyakitkan.

-THE DIARIES-

Apakah aku bodoh? Apakah aku gila?
Semakin hari aku semakin
mengharapkan lebih..
Padahal aku tau kenyataanya..
padahal aku tau ini salah..
Tapi kenapa sepertinya dia juga
menikmatinya? Kenapa dia
memberikan harapan ini?


Lao Shi tentu sekarang sudah tau
bagaimana perasaanku..
Tapi kenapa dia melakukan ini?
Kenapa aku terbuai?? Lao Shi benar-
benar membuatku terhanyut..


Tapi penghalang itu…


Wanita itu..


Lao Shi juga menyayanginya..
Jadi siapa yang dicintai Lao Shi
sebenarnya?


========================

“Selamat Wufan! Kau berhasil
memperbaiki nilai-nilai Tao untuk mata
pelajaranmu ini. aku rasa sekarang
kau sudah tidak perlu lagi memberinya
tambahan-tambahan Mr. Wu. Maaf
karena sudah mengambil waktu
luangmu selama ini.” ujar wali kelas
Tao, Mr. Li, saat dia berada di ruang
guru bersama Wufan.

Tao benar-benar sudah mengeluarkan
kemampuannya yang sebenarnya.
Anak itu sudah lelah bermain-main
dengan Wufan. Dia benar-benar ingin
Wufan menjauh dari hidupnya.

“Ah benarkah? Ini tidak masalah
untukku, Mr. Li. Aku senang sekali
akhirnya ini semua berakhir. Karena
selama ini aku sudah bosan meladeni
sikap anak itu.” ujar Wufan.

Wajahnya menunjukkan senyuman
pada Mr. Li, namun ada sesuatu yang
mengganjal hatinya.

“Apakah Tao menyusahkanmu Mr.
Wu?”

“Ya, dia sedikit menyusahkanku Mr. Li.
Tapi setidaknya waktuku tidak terbuang
sia-sia saat ini. Tidak perlu berterima
kasih seperti itu Mr. Li, ini sudah
tugasku.”

“Benarkah? Baiklah Mr. Wu. Hei, Tao,
kenapa kau dari tadi hanya berdiri
saja disitu. Kemarilah Nak.” Ujar Mr.
Li memanggil seseorang yang sedari
tadi hanya berdiri di depan pintu
tanpa berani masuk dan menginterupsi
percakapan dua orang itu.

DEG!

Wufan merasakan jantungnya
berdetak dengan kencang dan
wajahnya pucat. Dia benar-benar
tidak ingin Tao mendengar
percakapannya tadi.

“Ah, sebaiknya aku kembali ke kelas
saja Lao Shi. Aku sudah cukup tau dan
tidak ada lagi yang akan aku
bicarakan. Aku permisi dulu Lao Shi.”

Tao kemudian berjalan menjauh
meninggalkan ruang guru.

Wufan rasanya ingin menghilang dari
situ saat itu juga.

Aku benar-benar menyusahkan..

Ya.. aku memang bukan siapa-siapa..
Ternyata semua ini hanya sandiwara…
Sudahlah Tao, sekarang akhiri saja…
Lupakan semuanya dan pergi..

========================


Wufan POV

Dimana Tao? Kenapa aku tidak
pernah melihatnya lagi? Sudah hampir
dua minggu anak itu tidak masuk
sekolah.. tapi hei.. kenapa aku
mencemaskannya begini?

“Wufan, apa yang sedang kau
pikirkan?” aku memandang Yixing
yang sekarang duduk disebelahku.

Saat ini aku sedang ada dirumahnya.
Aku membantunya memilihkan
undangan untuk pernikahannya nanti.
Tunggu.. ini bukan pernikahanku
dengannya, tapi pernikahannya
dengan seorang pria berkebangsaan
korea bernama Kim Joonmyeon.

“Ah, aku tidak memikirkan apapun
Yixing-ah.”

“Bohong! Kita sudah bersahabat sejak
kecil Wufan. Mustahil aku tidak tau
apa yang terjadi pada sahabatku
sendiri. Kau jangan membuatku
bimbang karena memikirkanmu dan
membuat pernikahanku nanti jadi
batal.” Candanya. Yixing memang tau
bagaimana cara menghibur hatiku.

“Tanpa aku beritahupun kau pasti tau
apa yang aku pikirkan.”

“Apakah tentang anak itu? Huang
Zitao?” tanyanya.

Aku hanya menganggukkan kepalaku.

“Kau masih saja bodoh, Wufan!
Kenapa tidak kau katakan saja kalau
kau menyukainya? Kau bahkan sudah
hampir menodai anak itu dan tau
bagaimana perasaannya padamu tapi
kau tidak adil, kau hanya memberikan
harapan padanya.”

“Aku tidak memberinya harapan,
Yixing. Aku hanya..”

“Hanya apa? Hanya bermain dengan
perasaannya begitu? Kau sudah
dewasa Wufan. Bijaksanalah terhadap
perasaanmu sendiri. Dan jangan lagi
menjadikanku alasan untuk menutupi
perasaanmu yang sebenarnya. Cepat
atau lambat Tao harus tau dan aku
berniat mengundangnya di pesta
pernikahanku.”

“Hei, tapi aku sudah terlanjur
mengatakan padanya kalau kau
adalah tunanganku. Jika aku
mengatakan cinta, itu justru semakin
memojokkan Tao. Dan aku pada
akhirnya hanya dituduh
mempermainkannya.”

“Itulah kebodohanmu dari awal
Wufan! Kenapa kau harus
mengatakan bahwa aku adalah
tunanganmu? Pakai acara menciumku
segala! Kau sendiri yang sudah
menciptakan kesalahpahaman ini dari
awal!”

“Aku kemarin gugup dan hanya ingin
melihat reaksi Tao. Ternyata anak itu
tidak bereaksi apapun. Aku jadi
semakin ingin tau dan akhirnya
melakukan itu.”

“Dan sekarang kau yang harus
menanggungnya Wufan! Sebaiknya
kau jujur pada anak itu sebelum
semuanya terlambat. aku akan selalu
mendukungmu seperti kau selalu
mendukungku.”

Dan aku membuat suatu keputusan
untuk menyudahi semua ini.

End Wufan POV

-THE DIARIES-

Pergi..
Ya, itu yang terbaik..
Yang bisa kulakukan saat ini hanyalah
pergi dari kehidupannya..
Sudah cukup dia mempermainkan
perasaanku dan saat ini aku tidak
peduli lagi..
Aku tidak mau tau lagi seperti apa
perasaannya..
Semoga dia berbahagia..
Walaupun tidak untukku..


=======================



Wufan memacu mobilnya dengan
kencang menuju rumah Tao. Pria itu
sudah benar-benar di penuhi perasaan
bersalah karena selama ini sudah
mempermainkan perasaan Tao. Dia
tidak menyangka ini akan menjadi
serumit ini. karena dia memang juga
jatuh cinta pada anak itu. Hanya
perasaan gengsinya yang tinggilah
yang membuatnya menolak kenyataan
bahwa dia juga menyukai Tao.

Wufan dengan cepat turun dari
mobilnya dan memencet bel rumah Tao
dengan kalap. Sama sekali tidak ada
jawaban. Rumah itu begitu sepi, seperti
tidak menunjukkan tanda-tanda
kehidupan sama sekali. Wufan hampir
saja mendobrak pintunya kalau saja
tetangga Tao tidak segera datang ke
rumah itu.

“Apakah kau mencari pemilik rumah
ini?” sapa orang itu ramah pada
Wufan. Wufan segera berbalik dan
memandang kearah orang itu.

“Iya benar. Dimana orang rumah ini?”
tanya Wufan.

“Mereka sekeluarga baru saja pindah
ke Amerika, ke Kanada tepatnya. Oh
iya, apakah kau yang bernama
Wufan? Tao menyuruhku menyerahkan
ini padamu. Kuncinya cari saja di laci
kerjamu diruang guru.” Orang itu
menyerahkan sebuah buku diary
bersampul tebal dan berkunci milik
Tao. Wufan menerima diary itu.

“Baiklah, terima kasih.” Wufan
kemudian pamit dan meninggalkan
rumah Tao.

Wufan kemudian memacu mobilnya
menuju sekolah. Satu-satunya tempat
yang dia tuju saat ini untuk mengetahui
apa isi diary Tao.

Wufan bergegas membongkar laci
mejanya. Dan tepat sekali, dia
menemukan sebuah kunci mungil. Kunci
diary itu.

Wufan dengan cepat membuka kunci
diary itu dan mulai membaca isi
diarynya. Dia tidak menyangka isi
diary itu semuanya adalah tentangnya.
Bahkan lengkap dengan foto-fotonya
yang diambil oleh Tao. Dia tidak
menyangka bahwa perasaan Tao
teramat dalam untuknya.

Dan inilah pertama kalinya Wufan
sangat menyesali sesuatu dalam
hidupnya. Dia kehilangan Tao.

-THE DIARIES-

Aku pergi…
Tapi aku yakin kau pasti membaca ini
Lao Shi..
Tenang saja, aku akan kembali lagi.. 5
tahun lagi..
Mungkin saat itu kau sudah hidup
bahagia bersama Yixing Jie, tapi aku
tidak peduli..
Jika kau menjemputku di bandara 5
tahun lagi, aku akan mengatakan
semuanya padamu…
Jadi tunggulah aku, walaupun aku
yakin kau tidak mungkin menunggu..
Namun harapan itu selalu adakan?




5 tahun kemudian…



Seorang wanita cantik bertubuh tinggi
dan berambut panjang hitam sedang
berjalan bak model di Bandara
Internasional di Beijing. Semua mata
tertuju pada wajah cantik wanita itu
sementara wanita itu hanya cuek dan
tidak perduli pada tatapan orang-
orang yang memandangnya itu.

Matanya hanya memandang sekeliling
seolah-olah mencari sesuatu. Bukan
sesuatu tapu seseorang. Wajahnya
menyunggingkan sebuah senyuman
ketika melihat sesosok pria tinggi
berkacamata yang sedang duduk
kebingungan di salah satu bangku
yang ada di bandara tersebut.

“Dia tidak berubah..” wanita itu
kemudian menyunggingkan senyumnya.
Tidak menyangka bahwa itu akan
menunggunya disini.

“Ini sudah lima tahun tapi dia tetap
saja seperti itu.. cih!” ujarnya. Wanita
itu kemudian duduk tepat di samping
pria itu. namun sepertinya pria itu tidak
menyadarinya.

“Excuse me.. Can I ask you, what time
is it?
” tanya wanita itu.
Pria itu yang tak lain adalah Wufan
menoleh kearahnya.

Its already 10 o’clock. Where do you
come from?
” tanya Wufan pada
wanita itu. dia merasa tidak asing
dengan wajahnya. Apa mungkin…

I’m from Canada. Thank you, I’ll go
now. My parent already waited for
me.
” Jawabnya. Dia sengaja
menggoda Wufan. Wanita itu, Huang
Zitao.

Wait a minute, I think we’ve meet
before but I’m forget. I wondering
something, are you Zitao
?” tanyanya
kemudian tidak bisa menghindari rasa
penasarannya lagi.

Tao hanya tersenyum. Wanita cantik itu
kemudian memeluk Wufan yang
kemudian terbengong-bengong.

Yes, I am. Aku merindukanmu, Lao
shi.”

Satu kalimat dari Tao yang membuat
jantung Wufan berdetak sangat
kencang. Bahkan Tao bisa
merasakannya. Wufan kemudian balas
memeluk Tao erat. Sangat erat.

Me too! Aku sangat merindukanmu,
Tao. Aku bahkan menunggu sampai
lima tahun untuk bertemu lagi
denganmu.”

“Aku tau, Yixing jie yang
mengatakannya padaku.” Lirih Tao
dalam pelukan Wufan.

“Apa kau sudah tau semuanya?
Termasuk…”

“Ya aku sudah tau Lao Shi. Karena
Yixing-jie mengirimkan foto-foto
pernikahannya dengan Joonmyeon-ge
padaku. Kau jahat karena sudah
mempermainkanku Lao Shi.” Ujar Tao.

“Maafkan aku Tao. Aku hanya
bingung. Maaf, aku sudah banyak
menyakitimu Tao. Aku benar-benar
tidak bermaksud melakukan itu.”

“Tidak apa-apa Lao Shi.. aku
mengerti. Jadi apa kau ingin tau apa
yang akan aku katakan?”

“Tidak.. aku tidak ingin
mendengarkannya.”

“kenapa?? Kau jahat Lao Shi. Padahal
aku sudah menunggu sampai lima
tahun untuk bisa mengatakannya.”
Ujar Tao.

Wufan kemudian melepas pelukannya dan mengelus rambut
wanita cantik itu.

“Kau tidak perlu mengatakannya
karena akulah yang akan
mengatakannya, Tao. Aku
mencintaimu. Sangat mencintaimu. Dan
kau sudah memilih jalan yang benar
dengan menghukumku seperti ini.
karena dengan inilah aku sadar
bagaimana sebenarnya perasaanku
untukmu.” Ujar Wufan.

Air mata Tao kemudian menetes tanpa dia sadari.
Sebuah air mata kebahagiaan.

“Aku juga sangat mencintaimu Lao Shi.
Dari dulu sampai sekarang pun aku
sangat mencintaimu.”

Wufan kemudian memeluk Tao lagi.
Melepaskan seluruh kerinduan dan
rasa cintanya untuk Tao.

“Wo ai ni Tao.. Wo Ai Ni.. terima
kasih karena kau terus mencintaiku dan
menerima perasaanku. Dan terima
kasih telah mengijinkanku untuk
membaca diarymu. Dengan itulah aku
bisa bertahan untuk terus mencintaimu,
mengingatmu dalam hatiku.”

Tao melepaskan pelukan itu kemudian
mencium bibir Wufan sekilas.

“Aku juga Lao Shi.. Mulai sekarang
aku milikmu..” ujar Tao kemudian
memeluk Wufan lagi. Erat dan
selamanya tidak akan terpisahkan.

Terima kasih Tuhan..
Kau telah menghadirkannya untukku..
Seorang wanita yang dengan tulus
mencintaiku dan selalu mencintaiku…
Izinkan aku terus bersamanya..
Izinkan aku untuk terus mencintai dan
menjaganya..
Selamanya…

-Wu Yi Fan-


-END-



author note :
kyaaaaa mianhaee jeongmal
mianhaeee ... udah ngepostnya lama
endingnya begini pula *dirajam
reader*
maaf banget kalo nggak sesuai
harapan dan nggak dapet feelnya,
saya udah berusaha sebaik mungkin
buat readerdeu

RCL
Posted by dinodeer
posted from Bloggeroid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar